Postingan

Renungan Minggu Prapaska I Tahun "A"

Gambar
Bacaan Pertama     :   Kejadian       2 : 15-17,3:1-7 Mazmur Tanggapan   :  Mazmu r      32 Bacaan Kedua        :  Roma             5:12-19 Bacaan Injil            :   Matius         4:  1-11   KRISTUS TAAT, KITA...?   “...Kristus taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib...” Begitulah salah satu nyanyian tentang Kristus yang telah bergema sejak jaman gereja mula-mula. Ini menandakan bahwa sejak awal Kekristenan, ketaatan Kristus dalam kemanusian-Nya telah menjadi salah satu pokok ajaran iman. Sebagaimana diungkapkan oleh Rasul Paulus, ketaatan Kristus itu kontras (berbeda secara tajam) dengan ketidaktaatan Adam. Ketika berhadapan dengan si penggoda beserta segala godaannya, Adam terbujuk untuk melakukan pelanggaran (Kej 3:1-7) sementara Kristus bertahan dalam ketaatan (Mat 4:1-11). Karena pelanggaran/ketidaktaatan Adam, semua manusia menjadi takluk kepada dosa dan maut. Namun, berkat ketaatan, kematian, dan kebangkitan Kristus, terbukalah jalan keselamatan. Boleh dibi

Renungan Minggu Biasa XXX Semi Sinambung Tahun "C"

Gambar
Bacaan Pertama      : Yoel               2 : 23-32 Mazmur Tanggapan  : Mazmur      65 Bacaan Kedua         : 2 Timotius     4 :    6-8,16-18 Bacaan Injil            : Lukas           18 :    9-14   BILAKAH KITA SEJAHTERA?   Berbicara tentang “sejahtera”, kita bisa tak habis-habisnya berdiskusi: “Apa ukurannya sejahtera?” “Sudahkah kita sejahtera?” Bilakah kita bisa dikatakan sejahtera?”. Ada yang mengatakan bahwa asalkan sudah kerja keras, selesai kerja bisa kipas-kipas, lalu tidur pulas, itu sudah sejahtera. Ada pula yang mengatakan bahwa ketika sandang, pangan dan papan terpenuhi, itu sudah sejahtera tetapi masih perlu ditingkatkan, dsb.  Dalam perspektif Alkitabiah, “sejahtera” tentu saja terkait dengan syalom (damai) yang sifatnya menyeluruh, lahir-batin, bahkan mencakup seluruh bidang kehidupan. Akan tetapi, intinya yang tidak boleh dilupakan adalah “hubungan yang benar” antara manusia dengan TUHAN; dan bagi orang berdosa, hal ini hanya bisa terjadi ketika di

Renungan Minggu Biasa XXVI Semi Sinambung Tahun "C"

Gambar
Bacaan Pertama       :   Yeremia      32 :   1-3a, 6-15 Mazmur Tanggapan    :   Mazmur     91:  1-6, 14-16 Bacaan Kedua           : 1 Timotius     6 :   6-19 Bacaan Injil              : Lukas             16 : 19-31 MELULU MENDERITA?   “... Aku tak sanggup lagi menerima derita ini. Aku tak sanggup lagi menerima semuanya...” begitulah sepenggal syair lagu lama yang sudah tidak asing lagi bagi kita. Dari penggalan syair ini, bisa kita bayangkan bahwa si penulis berada dalam kondisi hampir putus asa karena yang dirasakannya dalam hidup ini adalah derita, derita, dan derita. Dalam Bacaan Pertama saat ini, Yeremia pun sedang dalam kondisi hampir putus asa karena Yerusalem sudah dikepung oleh tentara Kasdim dan tinggal menunggu kejatuhannya. Apalagi, saat itu Yeremia sedang menjadi tahanan Raja Zedekia. Bisa dibayangkan bahwa yang melintas di benak Yeremia hanyalah derita, derita dan derita. Namun, TUHAN justru menyuruh Yeremia untuk menebus ladang milik Hanameel, anak pamann

Renungan Minggu Biasa XXV Semi Sinambung Tahun "C"

Gambar
Bacaan Pertama      : Yeremia          8 : 18-9:1 Mazmur Tanggapan   : Mazmur           79:  1-9 Bacaan Kedua          : 1 Timotius        2 :   1-7 Bacaan Injil             : Lukas             16 :   1-13   TATKALA KEMALANGAN MELANDA   “Apakah yang kaulakukan bila kau sedang gembira? Apakah yang kaunyatakan bila duka mencekam?...” begitulah, melalui nyanyian gubahannya, M.R.D. Panjaitan dan Pontas Purba mengajak kita untuk merenungkan sikap dan tindakan kita baik pada waktu suka ataupun duka, baik pada waktu untung ataupun malang.    Dalam terang bacaan-bacaan saat ini, kita bisa belajar mengenai bagaimana sikap dan tindakan yang seharusnya kala kemalangan melanda. Ketika Israel dilanda kemalangan sebagai akibat dari pemberontakannya terhadap TUHAN, Nabi Yeremia tidak menutup-nutupi kedukaan dan kepedihan hatinya. Dia tidak menahan diri dari menangis meratapi nasib puteri bangsanya. Ratapan serupa diungkapkan pula oleh Asaf dalam mazmur yang digubahnya saat menyaksika

Renungan Minggu Biasa XXIV Semi Sinambung Tahun "C"

Gambar
Bacaan Pertama      : Yeremia            4 : 11-12, 22-28 Mazmur Tanggapan  : Mazmur          14 Bacaan Kedua         : 1 Timotius        1 : 12-17 Bacaan Injil             : Lukas               15 :   1-10   TUHAN MENGHUKUM?   “Kita adalah umat pilihan TUHAN. Tidak mungkin TUHAN menghukum kita!” begitulah pemikiran umat Israel pada jaman Nabi Yeremia. Pemikiran ini seakan diteguhkan oleh kenyataan bahwa  saat itu mereka hidup seenaknya dan tidak ada malapetaka menimpa mereka. Akan tetapi, dalam Bacaan Pertama saat ini, Nabi Yeremia bernubuat bahwa tak lama lagi TUHAN akan menjatuhkan hukuman ke atas mereka. Dengan memakai bangsa asing sebagai alat murka-Nya, Dia akan membuat mereka tak berdaya dan akhirnya terbuang dari tanah perjanjian. Tanah perjanjian akan menjadi campur baur dan kosong. Gunung-gunungnya akan goncang dan seluruh bukitnya goyah. Kesuburannya akan berubah menjadi kegersangan dan segala kotanya runtuh di hadapan TUHAN. Memang, saat itu nubuat Yeremia d

Renungan Minggu Biasa XXIII (Semi Sinambung) Tahun "C"

Gambar
Bacaan Pertama         : Yeremia       18 :   1-11 Mazmur Tanggapan     : Mazmur      139:  1-6,13-18 Bacaan Kedua           : Filemon          1 :  1- 21 Bacaan Injil               : Lukas             14 :2 5 - 33   DIBENTUK ULANG   Di Afrika Selatan, ada sebuah komunitas Kristen yang dinamai Gereja Claypot (Bejana Tanah Liat). Setiap Minggu terakhir bulan Januari, mereka memecahkan sebuah pot baru, membagikan pecahannya kepada semua orang yang hadir, dan meminta masing-masing mereka menuliskan doanya di kepingan tersebut. Pada Minggu berikutnya, mereka akan merekatkan semua kepingan itu menjadi pot kembali. Dengan tindakan simbolis semacam ini, mereka menghayati betapa di tangan TUHAN, diri mereka ibarat bejana tanah liat yang sewaktu-waktu, menurut hikmat TUHAN, dipecahkan, lalu dibentuk ulang. Dalam Bacaan Pertama saat ini, kita pun mendapati bagaimana melalui Nabi Yeremia, TUHAN menyatakan kepada umat Israel bahwa diri-Nya ibarat Tukang Periuk dan mereka ibarat tanah l

Renungan Minggu Biasa XV (Semi Sinambung) Tahun "C"

Gambar
Bacaan Pertama      : Amos             7 :   7-17 Mazmur Tanggapan   : Mazmur    82 Bacaan Kedua         : Kolose         1 :  1-1 4 Bacaan Injil             : Lukas         10 :2 5 -37 MELAWAN STATUS QUO Suatu hari, seorang guru silat kesulitan untuk bertapa karena banyak tikus-tikus menganggunya. Oleh karena itu, untuk menakut-nakuti tikus-tikus tadi diambilnyalah seekor kucing dan diikatkannya ke tiang yang paling dekat dengan tempat dia bertapa. Hal ini dimaksudkannya sebagai langkah saat itu saja. Akan tetapi, di kemudian hari, para pengikutnya menganggap hal ini sebagai tatacara yang harus dilestarikan untuk selamanya. Jika ditanya apa alasannya, mereka tidak bisa menjelaskan; namun tetap saja hal itu mereka pertahankan mati-matian. Dengan demikian, tindakan mengikat kucing di dekat tempat bertapa, yang tadinya merupakan langkah terobosan, berubah menjadi status quo  yang tidak boleh dilawan dan karena itu mengarah pada penindasan. Dalam Kitab Amos, kita bisa mendapat